Apa itu B2C? (B&UK)
Berdasarkan laman Investopedia, business to consumer adalah suatu proses penjualan produk yang dilakukan secara langsung dari bisnis ke konsumen yang merupakan konsumen akhir.
Sedangkan berdasarkan laman TechTarget, business to consumer adalah model bisnis retail yang mana suatu produk akan berpindah secara langsung dari bisnis ke konsumen akhir yang membeli produk barang atau layanan jasa untuk digunakan secara pribadi.
Jadi, didalamnya tidak terdapat perantara antara pihak perusahaan dan pelanggan. Perusahaan akan memberikan produk barang atau layanan jasanya secara langsung pada pelanggan.
Model bisnis B2C ini sudah berkembang lama. Bila Anda membeli suatu pakaian di pusat perbelanjaan, makan di restoran, atau membeli sayur di pasar, maka kegiatan tersebut dikenal sebagai B2C. Bahkan, saat Anda berobat ke klinik dan menggunakan jasa ojek online, perusahaan tersebut sedang menerapkan model B2C dengan Anda.
Seiring berkembangnya teknologi, B2C tidak hanya bisa dilakukan secara tradisional saja. B2C juga dilakukan pada penjualan produk secara online.
Pihak perusahaan bisa membuat online shop agar bisa menjangkau pelanggan secara langsung dengan metode online. Bahkan, pebisnis UMKM pun bisa menjalankannya secara online.
Salah satu hal sederhana yang bisa dilakukan oleh pebisnis UMKM dengan B2C adalah menjual produknya melalui e-commerce.
E-commerce terkenal seperti Tokopedia, Shopee dan juga Amazon memberikan kesempatan pada pebisnis UMKM untuk turut bisa menggunakan model penjualan secara B2C.
Tipe-Tipe B2c
Terdapat banyak sekali jenis atau tipe B2C yang bisa dilakukan secara online. Nah, dari sekian banyak tipe tersebut, kelima tipe B2C di bawah ini adalah yang paling populer digunakan.
1. Penjual Langsung
Jenis B2C yang paling umum dilakukan adalah direct seller atau penjual langsung. Dalam hal ini, penjual bisa dalam bentuk bisnis rumahan atau perusahaan besar.
Mereka bisa menggunakan beragam platform online dalam menawarkan produk barang atau layanan jasanya pada pelanggan, seperti di Instagram atau Facebook. Bahkan, beberapa dari mereka juga ada yang membuat website tertentu untuk memasarkan produk barang atau layanan jasanya. Contoh sederhananya seperti Ikea.com
2. Perantara Online
Lain halnya dengan model B2C di atas, perantara online ini tidak mempunyai produk secara langsung. Mereka hanya menyediakan platform untuk menghubungkan penjual dengan pembeli.
Biasanya, perantara online ini akan memperoleh keuntungan dari komisi penjualan dengan perusahaan. Contohnya seperti Tiket.com, Trivago.com, dan lain sebagainya.
3. Berbasis Periklanan
Model bisnis B2C ini umumnya akan membuat konten yang berkualitas untuk perusahaan guna menarik pengunjung website dan juga meningkatkan traffic.
Tingginya traffic ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menjual slot iklan yang bisa diisi oleh informasi penjualan produk ataupun jasa.
Semakin tinggi traffic website, maka perusahaan akan memasang harga yang lebih tinggi pada setiap slot iklan. Contoh sederhananya seperti situs media berita online.
4. Berbasis Komunitas
Model bisnis B2C juga bisa dilakukan melalui komunitas online. Terdapat banyak sekali komunitas di Kaskus, Facebook, dan berbagai platform lain yang sama. Komunitas ini menjadi tempat berkumpulnya mereka yang mempunyai ketertarikan dalam bidang yang sama, seperti sepeda, travelling, dan fotografi.
Untuk itu, Anda bisa menjual produk atau jasa Anda secara langsung pada komunitas yang memiliki ketertarikan pada industri Anda. Contoh B2C ini adalah Kaskus dan Facebook.
5. Berbasis Biaya
Jenis B2C ini akan mengandalkan subscription berbayar. Umumnya, perusahaan mempunyai konten tertentu yang hanya bisa dinikmati oleh pelanggan yang sudah berlangganan saja.
Sebagian besar perusahaan yang menerapkan jenis B2C ini adalah perusahaan yang bergerak dalam ruang lingkup media, seperti Netflix, Spotify, Disney+, dan lain sebagainya.
Tantangan Pada Bisnis B2C
Salah satu tantangan yang paling besar dalam menjalankan B2C adalah memertahankan stabilitas penjualan. Mereka yang menggunakan model penjualan ini akan sangat tergantung pada pelanggan. Bila kondisi ekonomi pelanggan melemah, maka daya beli masyarakat pun akan ikut melemah.
Model bisnis B2B kemungkinan juga akan terkena dampaknya. Namun, perusahaan bisa tetap bertahan karena masih ada banyak permintaan pemasaran dan periklanan, contohnya.
Sedangkan pada bisnis B2C, dampaknya akan langsung terasa karena mereka mengandalkan pembelian langsung dari pelanggan, seperti yang telah dijelaskan dalam laman The Balance Small Business.
Untuk itu, perusahaan ini harus menargetkan pelanggan secara tepat dan harus membangun brand loyalty yang kuat agar pelanggan tetap setia pada brand.
Lalu menurut laman Business News Daily, tantangan lainnya dalam bisnis B2C adalah kompetitor. Bisnis B2C biasanya mempunyai kompetitor yang lebih banyak dibandingkan bisnis B2B. Anda harus bisa menonjolkan produk atau jasa Anda lebih unggul daripada brand lain.
Dalam ranah digital, Anda harus bisa membuat tampilan website dan juga aplikasi yang lebih menarik serta user-friendly. Anda juga harus memaksimalkan SEO agar produk barang atau jasa Anda bisa ditemukan secara mudah di mesin pencarian Google.
Anda dapat mengetahui keuntungan usaha Anda melalui Laporan Keuangan, untuk penanganan lanjutan, konsultasikan segera bersama kami disini